Republika Online : http://www.republika.co.id

R
epublika Online : http://www.republika.co.id

Selasa, 17 Juni 2008Menyusutnya Gelombang Terorisme Global
Oleh : Ahmad Syafii Maarif
Bersamaan dengan semakin redupnya pamor penghasut perang di Amerika Serikat dan munculnya Obama sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat dengan dukungan penuh pada akhirnya dari Hillary Clinton, bekas saingannya, ancaman terorisme global juga telah semakin melemah sejak beberapa tahun terakhir. Jika kecenderungan positif ini berlanjut, ada harapan bahwa dunia akan bernapas lega, khususnya terhadap ancaman teror. Untuk Indonesia, tidak mustahil pula tindak kekerasan dan bahkan terorisme juga akan semakin kehilangan bumi tempat berpijak. Tragedi Monas 1 Juni 2008 tentu akan semakin menyadarkan masyarakat luas bahwa tindakan kekerasan harus dilawan dengan penegakan hukum secara tegas, tanpa pilih kasih, bukan dengan cara kekerasan pula. Indonesia; bangsa Muslim terbesar di muka bumi, tetapi labil; telah sangat sering menjadi korban tindak kekerasan. Bahkan, telah menjadi sasaran teror yang berkedok agama pada tahun-tahun belakangan ini. Kesigapan polisi kita dalam memburu para teroris adalah prestasi yang patut dipuji. Jika saja Noor Din M Top bisa ditangkap dalam tempo dekat ini, nama Densus 88 akan semakin diperhitungkan dunia.
Bermula dari kolom Fareed Zakaria dalam Newsweek, ''The Only Thing We Have to Fear'' (24 Mei 2008) yang mengomentari hasil riset Universitas Fraser, Vancouver (Kanada), tentang gelombang terorisme yang semakin meredup pada skala global, saya kemudian menelusurinya melalui internet untuk mencari sumbernya yang otentik. Semua yang ditulis Zakaria ternyata mengandung kebenaran. Hasil riset Universitas Fraser telah membantah seluruh pendapat lembaga-lembaga yang didanai pemerintah Amerika tentang terorisme yang dikatakan masih merupakan ancaman serius. Riset Universitas Fraser dinilai punya akurasi yang tinggi dengan tingkat independensi yang teruji.
Reporter Sharon Weinberger mengutip temuan Sekolah Kajian Internasional Universitas Fraser tentang terorisme sebagai berikut. (1) Bencana terorisme telah menurun sekitar 40 persen, sedangkan jaringan teror dengan ikatan longgar yang dikaitkan dengan Alqaidah pimpinan Usamah bin Ladin telah mengalami kemerosotan dramatis karena semakin mengecilnya dukungan dunia Islam. Terdapat pula perubahan positif luar biasa, tetapi sebagian besar tak tercatat, pada lanskap keamanan di kawasan sub-Sahara Afrika. (2) Jumlah konflik akibat perang di kawasan itu menyusut lebih dari separuh antara 1999 dan 2006; korban pertempuran telah turun 98 persen. (3) Berkurangnya jumlah konflik bersenjata secara keseluruhan dan turunnya jumlah kematian akibat pertempuran di seluruh dunia yang dilaporkan tiga tahun yang lalu dalam Laporan Keamanan Umat Manusia (Human Security Report) 2005 terus berlanjut.
Tiga indikator itu menunjukkan bahwa dunia boleh bersikap optimistis dalam menghadapi masa depan yang lebih aman dan damai. Semoga saja demikian. Jika Obama benar-benar terpilih jadi presiden Amerika bulan November 2008 ini, optimisme itu akan semakin beralasan. Fenomena Obama adalah kejutan sejarah yang sebelumnya tak terbayangkan. Jiwa besar Hillary yang telah mengimbau para pendukungnya untuk mengalihkan pilihannya kepada Obama tentu akan semakin menyulitkan posisi McCain, kandidat Partai Republik, yang masih saja ingin meneruskan perang di Irak 100 tahun lagi. Ide gila ini semestinya tidak keluar dari mulut seorang John McCain, yang juga dikenal sebagai sosok yang punya integritas dibandingkan Bush misalnya.
Dalam pada itu, Israel sebagai negara teror dengan dukungan Amerika selama ini harus bersedia mengubah sikap kaku dan degilnya untuk membiarkan Palestina menjadi negara merdeka penuh dalam tempo yang dekat. Kita akan sama menyaksikan dengan harap-harap cemas bagaimana Amerika di bawah Obama tahun 2009 dalam mengambil posisi dan peran penting strategis untuk turut menyelesaikan konflik Palestina-Israel ini secara adil dan efektif. Di belahan dunia Islam, kematian sadis Benazir Bhutto akhir Desember 2007 telah semakin menyadarkan umat bahwa terorisme dalam segala bentuk (perorangan, kelompok, dan negara) memang tidak boleh dibiarkan terus mengganas dan bertualang, apa pun alasannya, apa pun motifnya. Terorisme adalah musuh sejati seluruh peradaban. Dengan perkembangan ini, Islam sejak beberapa tahun belakangan dikategorikan sebagai ''agama tertuduh'' pemicu teror, khususnya sejak tahun 2001, tentu akan semakin ditertawakan warga dunia karena memang mayoritas umat Islam adalah antikekerasan dan antiterorisme.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shannon dan Yelly Setelah 40 Tahun

Reuni CWY-PPIK-PCMI 1982-1983, Bali, 5-7 Agustus 2022. Abadi dalam Memori dan Persahabatn

Dr. Romeo Rissal Panji Alam, Founder of Global Corp and Founder of AAAWS